Total Tayangan Halaman

Sabtu, 24 Desember 2016

OM, TOLERAN OM..

toleran(si) adalah kata2 yang banyak diucapkan oleh guru SDku,, klo menurut KBBI arti kata toleran adalah "bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri"


pagi hari, seperti biasa membca media sosial terutama twitter dan rasanya sedih membaca berbagai postingan dan komentar tentang "curhat" seorang anak SD yang  merasa kebingungan tentang sikap teman-temannya, berikut curhatan tersebut yang saya ambil dari tweet @PancaSyah:

dan ada juga dari timeline @SoundOfYogi yang menceritakan seorang anak kecil yang dengan semangat akan ikut menyambit pak polisi kafir saat demo anti Ahok karena disuruh ibu gurunyaa..yaah,,, begitulaah...


membicarakan tentang toleransi saat ini tentu berkaitan erat dengan siapa mayoritas siapa minoritas, saya sendiri sudah pernah merasakan sebagai mayoritas ataupun minoritas,, sekrang hidup di Bali tentu saya berada di lingkungan mayoritas,, namun saat SD saya berada di Kupang (mayoritas Kristen) selama 5 tahun, sempat training kerja di Surabaya 6 bulan dan akhirnya penempatan kerja di Bima 1 tahun (Mayoritas Islam)..

saat SD saya bernyanyi lagu-lagu rohani seperti malam kudus menjelang Natal dengan riangnya,, saat di Bima saya pernah menginap di rumah teman untuk ikut sahur pada pagi hari.. di Kupang, Surabaya dan Bima saya pun beribadah dengan tenang,, ke Pura tidak perlu sembunyi2,, bersliweran di jalan dengan pakaian adat pun tak pernah ada masalah,, oh ya, saat SMA pun saya bersekolah di SMA Katolik Santo Yoseph..

lalu normalkah saat ini ada anak kecil yang merasa begitu tertekan dengan lingkungan sekolahnya? hanya karena dia seorang minoritas?! sungguh miris dan sedih rasanya, bukan hanya sedih kepada anak yang dibully,, tetapi tentu kepada anak yang membully,, masih SD dan sudah bisa mengkotak-kotakan dirinya,, bagaimana peran orang tua di rumah dan guru di sekolah untuk mengajarkan arti toleransi?

yang namanya intoleransi tidak akan memandang status sosial ataupun pendidikan seseorang,, ada seorang dosen komunikasi yang menjadi tersangka dan bisa dikatakan merupakan awal mula dari kasus penistaan agama, ada juga kader partai yang merupakan master psikologi UGM dengan mudahnya bersuara kofar kafir terkait dengan penerbitan design uang baru,, tak sampai disitu, ia pun berujar "Iya sebagian kecil non muslim berjuang, mayoritas berkhianat. Untung saya belajar #sejarah" entah belajar dimana ibu ini :'(, eh di UGM ya? :D
https://beritagar.id/artikel/berita/kicauan-pahlawan-kafir-kesandung-ujaran-kebencian?utm_source=Facebook+Ads&utm_medium=CPC&utm_campaign=berita

masih terkait dengan design uang baru,, untuk di daerah saya sendiri ada seorang tokoh politik yang mengungkapkan keprihatinannya terhadap hilangnya gambar pahlawan dan salah satu icon Pura,,dan tentu saja status ini menjadi viral dan banyak pro kontra dalam kolom komentar., saling menghujat,, saling membela,, apakah sebenarnya yang ingin dicapai dengan status ini?

atau ada juga seorang jenderal yang selalu mengatakan komunis akan bangkit kembali, eh sendirinya sekarang menjadi tersangka aksi makar.. paradoks bukan?

ujaran kebencian dengan mudah tersebar di media sosial, hoax ataupun tidak pokoknya sebar saja dlu,, hujat saja dlu.. dan itu bukan hanya milik Indonesia,, Amerika pun menjatuhkan pilihannya kepada presiden yang terkenal rasis dengan ucapan-ucapannya saat kampanye.. atau yang saat ini menjadi pergunjingan bagaimana kondisi kota Allepo di Suriah dijadikan propaganda,, foto dari daerah atau kejadian lain dikatakan berasal dari Allepo (http://www.aol.com/article/2016/12/15/fake-images-of-horror-in-aleppo-spread-on-social-media/21628497/)

apa sebenarnya yang ingin dicari dari pengkotak2an ini? sekarang apa jika ingin berobat ke dokter harus menanyakan agamanya dulu? atau jika ingin bepergian apakah harus mensyaratkan supir bis, pilot atau masinisnya beragama yang sama? atau mau kerja mencari rejeki untuk keluarga harus memastikan pimpinannya yang sealiran?

atau berdosakah seseorang jika turut bersuka cita menggunakan atribut perayaan agama yang berbeda tanpa bermaksud tendesius? apakah moral dan akhlak seseorang bisa jatuh hanya karena mengucapkan selamat hari raya kepada umat lainnya?

saat Presiden Gus Dur hidup saya tak tau banyak tentang dia,, tetapi melihat banyak kutipan2 beliau, saya yakin itulah makna toleransi sebenarnya,, menjaga kemajemukan yang ada...













bukankah akan lebih indah jika melihat pemandangan toleransi antar umat beragama? bukankah bersorak mendukung timnas sepakbola akan lebih mengasikkan? atau saat anak2 SD bergembira dengan hiburan "receh" dan sesederhana meneriakkan om telolet om dan kemudian berjoget2 setelah mendengarkan suara "telolet".. hiburan sederhana ini sedemikian viral dan menebarkan virus kegembiraan ke semua kalangan...  atau mungkin para orang tua yang seharusnya belajar dari mereka arti kebahagiaan sebenarnya? :)
 



terakhir,, saya bersyukur pernah merantau,, setuju dengan kata @pinotski : "Wahai kalian kaum mayoritas, merantaulah dan menjadi minoritas. Agar terhindar dari rasa belagu & kebanggaan semu." atau kata @hotradero : "Percuma jadi orang muda kalau nggak pernah merantau ke negeri orang. Pergi tempat asing, menemukan serta belajar hal-hal baru." 

pengalaman di "negeri" orang benar-benar mengajarkan arti toleransi,, tidak hanya sebatas kata-kata,, tetapi juga dalam pelaksanaanya :)